Kamis 25 Aug 2022 17:17 WIB

Berlomba Menolong Sesama

Tolong-menolong tidak hanya itu diwujudkan dengan meringankan pekerjaan.

Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID,  Tengah malam. Hening. Sepi. Lelaki itu sedang dalam perjalanan. Di balik cahaya remang, tampak olehnya seorang perempuan tua dan buta di pojok Kota Madinah. Sontak, hatinya yang diliputi cahaya keimanan tergerak. Ia hampiri perempuan tua itu dengan membawa makanan dan minuman. Setelah semua kebutuhan si perempuan tua terpenuhi, barulah lelaki itu melanjutkan perjalanan.

Esoknya, lelaki itu datang lagi. Kali ini dia kalah cepat. Sudah ada seseorang yang mendahuluinya memenuhi kebutuhan perempuan tua itu. Ia pun pulang dengan kecewa. Kejadian yang sama terus terulang pada hari-hari berikutnya. Entah siapa yang sudah mendahuluinya menebar kebaikan. Padahal, sudah berulang-ulang lelaki itu berusaha datang lebih dini, tapi tetap saja gagal.

Baca Juga

Lambat laun, hatinya diliputi rasa ingin tahu. Siapa gerangan manusia yang lebih cepat dari langkahnya? Lelaki itu berusaha keras mencari tahu siapa yang datang menemui si perempuan tua di pojok Kota Madinah. Setelah menyelidiki beberapa waktu, tahulah lelaki itu siapa 'rival'-nya. Dia tak lain adalah Abu Bakar as-Shidiq, yang saat itu telah menjabat khalifah. Dan, lelaki yang selalu kalah cepat itu, dialah Umar bin Khatab.

"Ah, engkau lagi, wahai Abu Bakar!"

Kita tak akan membicarakan kehebatan kedua sosok ini. Siapa pun tahu, Abu Bakar dan Umar  menorehkan prestasi gemilang di kalangan sahabat Nabi, dengan karakteristik mereka masing-masing. Yang patut membuat kita takjub, betapa kedua orang ini selalu berlomba-lomba mengejar kebaikan. Menyelamatkan rakyat miskin dan papa.

Teladan itu rupanya tidak datang dari sembarang orang. Teladan itu datang dari Muhammad SAW. Nabi yang telaten memberi makan fakir Yahudi buta di sudut pasar, kendati mulut si Yahudi tak henti menceracau mencercanya. Nabi yang menanyakan kabar setiap sahabatnya dengan penuh cinta, bahkan sosok buruk rupa, seperti Julaibib, yang oleh orang lain dipandang sebelah mata. Juga Nabi yang, tutur Imam Ahmad, selalu memerahkan susu untuk keluarga Habbab ibn Arat yang tengah ditinggal berjihad di medan perang.

Maka, tak heran bila sejarah mendapati Abu Bakar memerahkan susu kambing untuk para wanita yang ditinggal pergi oleh kaum lelakinya. Ketika ia diangkat menjadi khalifah, seorang budak wanita pernah berkata, "Sekarang tidak ada orang yang mau memerahkan susu lagi." Kabar itu sampai kepada Abu Bakar. Beliau pun berkata, "Tidak. Bahkan aku berharap jabatan khalifah tidak membuatku meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang sudah biasa aku lakukan sebelumnya."

Umar bin Khatab juga senantiasa mengurusi para janda. Ia memberi makan dan minum pada malam hari. Dikisahkan oleh Thalhah bin Ubaidillah, ia melihat Umar pada suatu malam memasuki rumah seorang wanita. Thalhah pun tak kuasa menahan tanya. Apa gerangan yang dilakukan Umar di rumah itu?

Keesokan harinya, Thalhah menemui wanita itu. Ternyata, dia adalah wanita jompo yang buta matanya. Thalhah bertanya, "Apa yang dilakukan oleh orang itu semalam?' "Orang itu selalu mengurusku. Ia memenuhi kebutuhanku dan menjagaku dari segala gangguan," jawab wanita itu. Alangkah malunya Thalhah. Ia berkata pada diri sendiri, "Celakalah kamu wahai Thalhah! Apakah kamu menyelidiki aib seorang Umar?"

Tolong-menolong tidak hanya itu diwujudkan dengan meringankan pekerjaan, tetapi juga bantuan material. Abu Musa al-Asy'ari meriwayatkan, Rasulullah setiap kali didatangi peminta-minta atau saat dia datang meminta bantuan, beliau bersabda, "Jadilah perantara untuk memberikan pembelaan, niscaya kamu mendapatkan pahala. Dan, Allah SWT memutus suatu perkara yang dikehendaki-Nya melalui lisan Nabi-Nya."(HR Bukhari)

Dalam Fath al-Bari, Ibnu Hajar menerangkan, "Hadis ini menganjurkan agar melakukan perbuatan baik dan memperjuangkannya, serta meminta bantuan kepada pembesar untuk menolong orang yang lemah. Karena setiap orang tidak mungkin bisa menemui pemimpin untuk menjelaskan maksudnya itu. Karenanya, Rasulullah tidak menutup diri untuk itu." Apabila ada orang yang membutuhkan, jadilah perantara untuk mengantarkannya mendapat keadilan kepada Muhammad atau penguasa dalam konteks sekarang. N c38ed: nashih nashrullah

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement