REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ibadah haji menjadi ibadah yang memiliki level tertinggi dalam hal pengorbanan. Umat terdahulu telah mencontohkan bagaimana proses memberikan suatu pengorbanan kepada Allah SWT.
Rustam Koly Lc, MA dalam bukunya "Haji dan Pengorbanan" menuliskan tentang bagaimana pengorbanan manusia-manusia pilihan.
"Jika kita menelusuri jauh ke belakang, akan kita temui contoh pengorbanan diri yang dilakukan Habil, putra Nabi Adam alaihissalam yang menolak untuk membunuh saudaranya demi menghindar dari dosa dan murka Allah SWT," katanya. Dalam surat Al Maidah ayat 28 Allah SWT berfirman yang artinya:
لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
"Sesungguhnya kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, maka aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."
Dan pada diri Nabi Ibrahim as beserta istri dan anaknya, terdapat contoh yang sangat jelas tentang pengorbanan diri. Sungguh tiada pengorbanan yang melebihi pengorbanan yang dilakukan oleh seorang lelaki yang meninggalkan istri dan anaknya setelah sekian lama menanti kehadiran seorang buah hati.
"Beliau harus rela meninggalkan keluarganya di lembah yang tak berpenghuni dan tak ada tanda-tanda kehidupan, akan tetapi dengan penuh kepatuhan akan perintah Ilahi ia pun rela berpaling dan meninggalkan mereka berdua di tempat itu," katanya.
Pengorbanan Nabi Ibrahim, Allah SWT abadikan dalam surat Ibrahim ayat 37 yang artinya.
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (baitullah) yang dimuliakan, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur."
Ketika Hajar melihat Ibrahim telah berpaling meninggalkan mereka, dia tak berteriak histeris, atau mencaci suaminya itu, namun dia pasrah seraya bertanya, apakah yang dilakukan suaminya itu adalah perintah dari Allah SWT?
Di kala dia mengetahui bahwa hal itu benar perintah dari-Nya, Hajar percaya penuh bahwa Allah SWT tak akan menyia-nyiakan mereka begitu saja. Inilah bentuk pengorbanan dan iman yang kokoh dari Hajar. "Ujian kian bertambah seiring bertambahnya iman seseorang," katanya.
Di usia senjanya Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih buah hatinya, Ismail alahissalam. Lalu apa yang dilakukan Ibrahim? Dengan pasrah dan penuh kepatuhan, Ibrahim mengabarkan perihal perintah itu kepada anaknya Ismail.
يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?"(QS As Saffat ayat 102).
Kala itu Ismail hanya berserah diri pada Allah SWT, telah hina jiwa dan raganya di depan dirinya, dunia pun begitu tak berharga dalam pandangannya, ia takut mendurhakai ayah dan Tuhannya.
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ 'Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar." (QS As Saffat ayat 102).
Sungguh apa yang telah dilakukan Ibrahim dan keluarganya adalah suatu pengorbanan yang besar yang tak dikenal lagi dalam sejarah peradaban manusia. Pantas jika kemudian Allah SWT abadikan dalam syariat udhhiyah (ibadah qurban).