Sabtu 23 Apr 2022 12:35 WIB

Itikaf, Amalan Para Nabi Terdahulu dan Manfaatnya Terhadap Kehidupan Muslim

Itikaf merupakan ibadah yang dianjurkan terutama 10 hari terakhir Ramadhan

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Itikaf. Itikaf merupakan ibadah yang dianjurkan terutama 10 hari terakhir Ramadhan
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ilustrasi Itikaf. Itikaf merupakan ibadah yang dianjurkan terutama 10 hari terakhir Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, —Di antara amalan yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW terutama pada sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah itikaf. 

Secara singkat itikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarrub ilallah)

Baca Juga

Namun demikian menurut pakar tafsir Alquran yang juga pengajar Pondok Pesantren Al-Wutsqo Depok, Ustadz Mukhrij Shidqy, itikaf juga memiliki makna memutuskan diri dari kesibukan pada makhluk.  

Kemudian mengosongkan hati dari segala urusan dunia, dan menyibukan diri hanya kepada Allah SWT. 

Menurut Ustadz Mukhrij orang yang beritikaf berarti sedang beromantis bersama Allah. Orang yang beritikaf akan berikir tentang apa yang Allah SWT ridhai dan berusaha mencapai keridhaan itu.  

"Hingga dari perbuatan aktivitas-aktivitas tersebut akan menghasilkan kerinduan, menuju kerinduan hanya kepada Allah SWT," kata Ustadz Mukhrij saat mengisi tausiyah bakda Tarawih di Masjid Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran pada Jumat (22/4/2022) yang juga disiarkan melalui kanal resmi Bayt Alquran. 

Lebih lanjut Ustadz  Mukhrij mengatakan bahwa ibadah itikaf tak hanya dikenal oleh umat nabi Muhammad SAW. Itikaf juga merupakan ibadah yang populer dikerjakan oleh umat-umat terdahulu. Seperti dilakukan pada masa Nabi Ibrahim. Sebagaimana firman Allah SWT: 

وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud.” (QS Al Baqarah ayat 125). 

Itikaf juga dilakukan oleh ibu Nabi Isa, yakni Sayyidati Maryam. Dia memiliki tempat itikafnya sendiri di mihrab. Tempat itu juga dijadikan oleh nabi Zakaria berdoa kepada Allah. Ini dapat ditemukan pada surat Ali Imran ayat 37-39.  

Ustadz  Mukhrij menjelaskan bahwa itikaf yang benar maka akan mendekatkan diri kepada Allah. Itikaf mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

Seseorang yang itikaf akan mengintrospeksi dirinya dalam menjalin kedekatan dengan Allah. Pada sisi lain, itikaf juga menjadi ibadah yang dapat memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, habluminannas. Sebab orang yang beritikaf akan mengintrospeksi diri terhadap amal-amal yang pernah dilakukannya dan merencanakan amal-amal yang akan dilakukannya.  

"Secara tidak langsung memberi efek sosial. Kita berpikir tentang amalan kita. Apa yang pernah kita perbuat, adakah yang kita perbuat itu menzalimi roang lain, mendatangkan kedurhakaan pada Allah SWT, jadi introspeksi memperbaiki diri kedepannya. Maka jika benar itikafnya akan melahirkan manusia yang saleh secara sosial," katanya.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement