1 Miliar Muslim Sambut Ramadhan dalam Sunyi

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah

Selasa 21 Apr 2020 05:00 WIB

1 Miliar Muslim Sambut Ramadhan dalam Sunyi. Pekerja menyelesaikan proses pembuatan relief Masjid Nurul Iman di Desa Kuala Bubon, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Aceh. Foto: Syifa Yulinnas/Antara 1 Miliar Muslim Sambut Ramadhan dalam Sunyi. Pekerja menyelesaikan proses pembuatan relief Masjid Nurul Iman di Desa Kuala Bubon, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 1,8 miliar Muslim di seluruh dunia akan segera merayakan kedatangan bulan suci Ramadhan 1441 H. Namun, berbeda dengan tahun-tahun lalu, kali ini penyambutan akan berlangsung sunyi. Alasannya, karena pandemi Covid-19 yang masih jauh dari kata usai.

Bahkan, berbagai acara termasuk berbagi pada buka puasa yang identik di bulan suci, juga terpaksa tak dilakukan dalam keadaan berkumpul. Meskipun, ibadah puasa dan amalannya masih akan dilakukan umat Muslim di rumah.

Baca Juga

Tetapi, mengingat 2020 sebagai era digitalisasi, antisipasi kegiatan yang memerlukan adanya tatap muka, akan dimudahkan dengan adanya platform daring. Salah satunya buka puasa bersama secara daring.

"Akan ada iftar (buka puasa) virtual dalam tahap perencanaan," ujar peneliti di Pusat Nasional Universitas Melbourne terkait keunggulan Islam, Shakira Hussein, seperti dilansir ABC, Senin (20/4).

Hal tersebut bahkan telah direncanakan di Inggris Proyek Tenda Ramadhan setiap tahun, yang dilakukan di pusat London, akan berpindah ke metode daring.

photo
Muslim di Sydney Barat, Australia - (BBC)

"Kami telah beralih ke cara-cara inovatif untuk mencapai hal ini, utamanya, memungkinkan orang untuk terhubung dengan ribuan lainnya di buka puasa virtual kami, setiap hari di bulan Ramadhan," ujar juru bicara Proyek Tenda Ramadhan, Rohma Ahmed.

Hal itu juga terjadi di Indonesia. Di mana pada dasarnya, kegiatan Ramadhan menjadi momen tersendiri bagi mayoritas Muslim terbesar di dunia ini.

Terlebih, dengan adanya pedagang asongan di setiap jalan untuk menjajakan makanan berbuka puasanya. Namun demikian, keputusan kementerian Agama Indonesia telah menyarankan masyarakat tak merayakannya di tempat umum terkait adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Pebisnis restoran di daerah Punclut, Bandung, Rika Shears menyatakan, pembatasan tersebut tentu akan berdampak pada bisnisnya. Terlebih ketika bisnis keluarga tersebut telah dibangun lebih dari 40 tahun.

"Sejak pertengahan Maret, restoran keluarga saya sudah sepi. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, apalagi karena kami berada di salah satu tempat paling populer. Saya perkirakan kami akan kehilangan 50 persen pendapatan," katanya.

photo
Bazar atau pasar Ramadhan di Malaysia. - (BERNAMA)

Untuk mengantisipasi kebutuhan bisnis dan pegawainya, ia akan menawarkan pesanan antar dan dibawa pulang untuk dikonsumsi pada saat jam operasional. Serupa dengan kegiatan bisnis, ibadah yang biasanya lebih banyak dilakukan di masjid-masjid juga kini ditangguhkan. Muslim diminta untuk ibadah shalat wajib dan sunah, seperti tarawih di rumah.

Bahkan, Syekh Mufti Besar Arab Saudi, Sheikh Abdulaziz Al al-Sheikh juga mengatakan tarawih harus dilakukan di rumah tahun ini. Dia menambahkan, jika wabah terus berlanjut, perayaan dan sholat Idul Fitri juga diharuskan ditiadakan di setiap masjid.

Perbedaan pola makan bagi Muslim selama bulan suci Ramadhan yang berlangsung selama sebulan penuh tentu akan memiliki risiko lainnya. Terlebih, jika berbagai sektor, seperti bisnis mulai bermasalah.

Terlepas dari hal tersebut, perputaran dana dan kebutuhan Muslim diharapkan terus terjadi. Utamanya, dengan amal, zakat dan fitrah yang dianjurkan selama sebulan itu.

Terkait program amal itu, salah satu masjid di Kota Bandung, Masjid Al Multazam juga menyatakan mereka telah merencanakan penyesuaian program untuk memenuhi jarak sosial, termasuk kebutuhan beramal. "Di wilayah kami, lebih dari 200 orang kehilangan pekerjaan. Terutama mereka yang merupakan buruh," kata Muhammad Iskandar Umar selaku DKM.

Warga Indonesia yang merupakan perantauan dan tinggal di Brisbane, Australia juga menyatakan hal serupa. Menurut dia, Ramadhan tahun ini akan sangat berbeda bagi Muslim di wilayahnya. Apalagi, ketika ia mengenang untuk memasak dan mengirimkan masakannya ke masjid setempat.

"Sangat sedih karena tahun ini kita tidak bisa melakukannya lagi," katanya.

 

Terpopuler