Kamis 09 Apr 2020 11:28 WIB

Kondisi Perdana Menteri Inggris Makin Membaik

Perdana Inggris Boris Johnson sudah dapat duduk di tempat tidur

Rep: Dwina Agustin/Rizky Jaramaya/Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Polisi berjaga diluar Rumah Sakit St Thomas tempat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dirawat intensif setelah kesehatannya memburuk akibat virus Corona di London, Senin (6/4). Kondisi Perdana Menteri Inggris Boris Johnson semakin membaik.
Foto: VIctoria Jones/PA via AP
Polisi berjaga diluar Rumah Sakit St Thomas tempat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dirawat intensif setelah kesehatannya memburuk akibat virus Corona di London, Senin (6/4). Kondisi Perdana Menteri Inggris Boris Johnson semakin membaik.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kondisi Perdana Menteri Inggris Boris Johnson semakin membaik, bahkan dapat duduk di tempat tidur. Menteri Keuangan Rishi Sunak menyatakan Johnson juga sudah melakukan interaksi dengan staf medis yang merawatnya karena Covid-19, Rabu (8/4).

“Perdana menteri (Johnson) tetap berada dalam perawatan intensif, tetapi kondisinya sudah membaik. Ia telah bisa duduk di tempat tidur dan terlibat secara positif dengan tim medis,” kata Sunak pada konferensi pers harian pemerintah.

Baca Juga

Johnson dirawat di rumah sakit St Thomas karena suhu tinggi dan batuk terus-menerus pada Ahad malam. Dia baru dipindahkan untuk mendapatkan perawatan intensif sehari berikutnya. Dia sebelumnya dites positif memiliki virus corona hampir dua pekan lalu, telah menerima bantuan oksigen, tetapi belum memakai ventilator.

Kantor Downing Street mengeluarkan pernyataan singkat yang menyatakan 'Perdana Menteri terus membuat kemajuan yang stabil. Dia tetap dalam perawatan intensif'.

Menteri Luar Negeri Dominic Raab ditunjuk untuk menjalankan pemerintahan selama Johnson menjalani perawatan intensif. Raab dijadwalkan memimpin rapat pada Kamis (9/4) untuk membahas evaluasi kebijakan lockdown.

"Kami berkomitmen akan ada tinjauan yang didasarkan pada bukti dan data yang diberikan oleh SAGE (Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Keadaan Darurat)," kata Sunak.

Pada 7 April, total kematian akibat virus corona di Inggris mencapai 7.097. Direktur Medis National Health Service, Stephen Powis, mengatakan jumlah infeksi baru mulai menunjukkan angka yang stagnan.

“Kami mulai melihat manfaat (dari lockdown), tetapi hal yang sangat penting adalah bahwa kami harus terus mengikuti instruksi, kami harus terus menjaga jarak sosial. Karena jika tidak, virus akan mulai menyebar lagi," ujar Powis.

Sementara Johnson telah melalui masa kritis, Inggris sedang memasuki fase paling mematikan dari wabah. Pemerintah sedang memikirkan pertanyaan tentang durasi dalam mengambil langkah-langkah lockdown yang menjadi malapetaka ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement