Selain Surat al-A’raf Ayat 199-201, ada beberapa ayat Alquran lain yang juga memerintahkan kita supaya selalu dan selamanya memita perlidungan kepada Allah SWT. Di antaranya surat Al-Muminun ayat 96-98 yang artinya. “Tolaklah perbuatan buruk mereka orang-orang musyrik itu denga cara yang lebih baik. Kami lebih mengetahui dengan apa yang yang telah mereka sifatkan. Dan katakanlah Muhammad “Ya Rabb-ku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku juga berlindung kepada Engkau ya Rabb-ku dari kemungkinan kedatangan mereka kepadaku”.
Surat Fushshilat ayat 34-36 juga menjadi dasar hukum membaca taawudz. “Dan tidak sama kebaikan dan kejahatan itu. Tolakalah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugrahkan Allah kecuali kepada orang-orang yang sabra dan tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. Dan jika kiamu syaitan mengganggu kamu Muhammad dengan suatu gangguan, maka segeralah kamu memohon perlindungan kepada Allah. Sesungguhanya dial ah yang maha mendengar lagi maha mengetetahuia,”
Bab 5 merupakan bagian terakhir yang menerangkan tentang Surah Al-Fatihah. Surat Al-Fatihah yang berarti surah pembuka, pembukaan, permulaam, adalah surah pertama dalam tertib urut-urutannya dan bukan dalam hal penurunannya dari keseluruhan surah-surah di dalam Alquran yang berjumlah 114 surah. Syekh Tanthawi Jauhari mengatakan, surat Al-fatihah ini isinya merupakan abstraksi singkat, padat, dan akurat atas semua isyarat bagi semua lingkup ajaran yang akan disampaikan di dalam Alquran. Ibnu Qayyim al Jauziyah telah lebih dulu menyampaikan resume abstraksinya terkait dengan isi kandungan surah Al-Fatihah yang tergolong ke dalam kelompok surah-surah Makkiyah ini meskipun ada sebagian yang menyatakan surah madaniyah.
Ibnu Qayyim mengatakan, surah Al-Fatihah ini isi kandungannya meliputi semua induk penuntutan yang sangat tinggi dengan melingkupi segenap jangkauan yang serba sempurna (komprehensif) dan mengandungi semua jawaban yang sempurna pula. Masih menurut Ibnu Qayyim, bahwa surah Al-Fatihah mencakupi pengenalan terhadap Dzat yang disembah (al-tarif bi-al Mabud), kepastian adanya hari dan tempat semua semua manusia kembali ke pangkuannya (itsbat al-Maad) dan pengungkapan tentang kepastian tanda-tanda kenabian (itsbat al-nibuwwat) dari berbagai aspek.
Terkait dengan keistimewaan surat Al-Fatihah yang oleh Rasul Allah dijuluki dengan surah al-Shala (surah shalat) ada riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah ra yang menyatakan bahwa rasul Allah dalam Hadits Qudsi nya memberitakan kepada para sahabat bahwa Allah berkalam.“Aku bagi surah al-Shala (surah shalat) itu antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, separuh bagian untuk Aku dan separuhnya lagi untuk hamba-Ku. Untuk hambaku ialah apa yang dia minta. Manakala hamba membaca “al-hamdu lillahi rabb al-amin” maka Aku menyahuti dengan hambaku memuji aku (hamidan abdi). Ketika hamba membaca “ar-rahmanir Rahim” Allah berkata hambaku memuji aku (atsna alayya abdi). Ketika hamba membaca “maaliki yaum al-din” Allah berkata (majadi abdi) hamba-Ku menyanjung Aku. Ketika hamba membaca “iyyaka na'budu wa-iyyaka nasta'in” Allah berkata (hadza baini wa bayna abdi wa-li abdi ma saala) Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba baginya apa yang dia minta.