4. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatannya (yang buruk). Maka, mereka terombang-ambing (dalam kesesatan).
Iż qāla mūsā li'ahlihī innī ānastu nārā(n), sa'ātīkum minhā bikhabarin au ātīkum bisyihābin qabasil la‘allakum taṣṭalūn(a).
7. (Ingatlah) ketika Musa berkata kepada istrinya, “Sesungguhnya aku melihat api. Aku akan membawa kabar tentangnya kepadamu atau membawa suluh api (obor) agar kamu dapat menghangatkan badan (dekat api).”
Falammā jā'ahā nūdiya am būrika man fin-nāri wa man ḥaulahā, wa subḥānallāhi rabbil-‘ālamīn(a).
8. Maka, ketika tiba di sana (tempat api itu), dia diseru, “Orang yang berada di dekat api dan orang yang berada di sekitarnya telah diberkahi. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
10. Lemparkanlah tongkatmu!” Ketika (tongkat itu dilemparkan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular kecil yang gesit, berlarilah dia sambil berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Allah pun berfirman,) “Wahai Musa, jangan takut! Sesungguhnya di hadapan-Ku para rasul tidak perlu takut,
Illā man ẓalama ṡumma baddala ḥusnam ba‘da sū'in fa innī gafūrur raḥīm(un).
11. kecuali orang yang berlaku zalim yang kemudian mengganti keburukan(-nya) dengan kebaikan (bertobat). Sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.