Fa ammal-insānu iżā mabtalāhu rabbuhū fa akramahū wa na‘‘amah(ū), fa yaqūlu rabbī akraman(i).
15. Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.”
Tafsir Ringkas : Ayat ini menjelaskan sifat dasar manusia kafir ketika mendapat kebahagiaan dan kesusahan, yakni bergembira berlebihan saat mendapat kenikmatan dan putus asa ketika tertimpa kesulitan. Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu dia memuliakannya dan memberinya kesenangan serta kenikmatan, baik lahir maupun batin, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” Mereka menilai kenikmatan yang diterimanya adalah berkat kemuliaan nya di sisi Allah. Mereka lupa bahwa nikmat itu pada dasarnya salah satu bentuk ujian Allah kepada manusia.
Tafsir Tahlili: (15) Ayat ini menyatakan bahwa Allah menguji manusia dengan kemuliaan dan berbagai nikmat-Nya, seperti kekuasaan dan kekayaan. Orang yang kafir dan durhaka akan memandang hal itu sebagai tanda bahwa Allah menyayangi mereka.