Wa mā yukażżibu bihī illā kullu mu‘tadin aṡīm(in).
12. Tidak ada yang mendustakannya, kecuali setiap orang yang melampaui batas lagi sangat berdosa.
Tafsir Ringkas : Dan tidak ada yang mendustakannya, yakni hari pembalasan itu, melainkan setiap orang yang melampaui batas dalam aturan agama dan berdosa akibat melakukan perbuatan mungkar dan maksiat.
Tafsir Tahlili: (12) Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada manusia yang mengingkari hari Kiamat kecuali orang-orang yang selalu melampaui batas-batas agama, yang tertutup hatinya oleh kekafiran, dan yang tidak lagi bermanfaat baginya berbagai peringatan dan ancaman. Allah berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ ٦
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. (al-Baqarah/2: 6); Sifat lain dari manusia yang mengingkari hari Kiamat adalah tenggelam dalam perbuatan dosa-dosa besar, acuh tak acuh terhadap perintah dan larangan Allah, lebih mementingkan kesenangan duniawi daripada kehidupan akhirat. Firman Allah:
فَاَمَّا مَنْ طَغٰىۖ ٣٧ وَاٰثَرَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۙ ٣٨ فَاِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ ٣٩
Maka adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya. (an-N±zi±t/79: 37-39)