٩
وَلَوْ جَعَلْنٰهُ مَلَكًا لَّجَعَلْنٰهُ رَجُلًا وَّلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَّا يَلْبِسُوْنَ
walau ja'alnāhu malakal laja'alnāhu rajulaw wa lalabasnā 'alaihim mā yalbisụn
9. Dan sekiranya rasul itu Kami jadikan (dari) malaikat, pastilah Kami jadikan dia (berwujud) laki-laki, dan (dengan demikian) pasti Kami akan menjadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu.
Ayat ini menjelaskan anggapan kaum musyrik Mekah tentang kerasulan malaikat seperti tersebut dalam tafsir Surah al-An'am/6 ayat 8. Kalau Allah menjadikan rasul-rasul dari golongan malaikat, seperti pendapat orang musyrik Mekah, tentulah Allah akan menjadikan malaikat itu seperti manusia laki-laki, tetapi bilamana malaikat yang menjadi Rasul (Nabi) itu menyamar dalam bentuk manusia, maka tentulah mereka akan mengatakan dia manusia. Karena mereka tidak akan melihat malaikat kecuali bentuk rupa dengan sifat-sifat kemanusiaannya. Pada saat itu timbullah kesangsian dan keragu-raguan dalam jiwa mereka dan tentulah mereka akan mendustakan para malaikat yang menyamar menjadi manusia, seperti halnya mereka mendustakan Nabi Muhaammad. Mereka akan menyatakan pendapat mereka yaitu bahwa rasul itu haruslah malaikat. Padahal seperti apa bentuk asli malaikat mereka tidak tahu. Demikianlah mereka berputar-putar dalam sebuah lingkaran keraguan yang tak tentu ujung pangkalnya. Kaum musyrik Mekah merupakan sebuah contoh kebanyakan manusia yang terjerumus dalam kesulitan karena kesalahan mereka dalam memilih pegangan hidup dan akhirnya mereka kebingungan mencari jalan keluar.