٤
اَمْ حَسِبَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِ اَنْ يَّسْبِقُوْنَا ۗسَاۤءَ مَا يَحْكُمُوْنَ
Am ḥasibal-lażīna ya‘malūnas-sayyi'āti ay yasbiqūnā, sā'a mā yaḥkumūn(a).
4. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? (Alangkah) buruk apa yang mereka tetapkan itu!
Tafsir Ringkas : Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu setelah Kami larang mengerjakannya melalui rasul yang Kami utus dan atau melalui akal sehat yang kami anugerahkan kepada manusia, mengira bahwa mereka akan dapat mendahului Kami dalam usaha mereka untuk lari sehingga luput dari azab atau perhitungan Kami? Sangatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu! Alangkah buruknya perkiraan dan sikap mereka ini!
Tafsir Tahlili: (4) Seterusnya Allah memperingatkan, apakah masih ada segolongan manusia yang berprasangka bahwa orang-orang yang masih mengerjakan perbuatan jahat itu akan sanggup melemahkan Allah, sehingga Dia tidak kuasa mendatangkan balasan yang sebanding dengan perbuatannya. Apakah belum berlaku lagi ketetapan Tuhan bagi orang-orang zalim sebelumnya, di mana mereka telah disiksa dengan siksaan yang setimpal dengan kesalahan mereka?
Menurut Ibnu Abb±s, ayat ini turun sebagai kecaman kepada sejumlah tokoh musyrikin Mekah yang menganggap bahwa apa saja yang mereka kerjakan, tidak ada yang sanggup membalasnya. Mereka itu adalah al-Wal³d bin al-Mug³rah, Abµ Jahal, al-Aswad, al-²¡ bin Hisy±m, Utbah bin Rab³ah, al-Wal³d bin Utbah, Utbah bin Ab³ Muai¯, Han§alah bin Abµ Sufy±n, dan al-²¡ bin W±'il. Sesungguhnya pikiran yang demikian adalah keliru dan tidak benar. Allah tidak menjadikan sesuatu itu sia-sia. Dia menguji dan mendidik manusia dengan berbagai macam pengajaran, dengan maksud agar mereka memperoleh nur Ilahi yang terang benderang.