١٧
قَالُوْا يٰٓاَبَانَآ اِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوْسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَاَكَلَهُ الذِّئْبُۚ وَمَآ اَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صٰدِقِيْنَ
qālụ yā abānā innā żahabnā nastabiqu wa taraknā yụsufa 'inda matā'inā fa akalahuż-żi`b, wa mā anta bimu`minil lanā walau kunnā ṣādiqīn
17. Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan engkau tentu tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami berkata benar.”
Pada kedua ayat ini dikisahkan bahwa saudara-saudara Yusuf kembali menemui Yakub pada malam hari dengan muka yang pucat dan dengan air mata yang bercucuran seraya berkata, "Wahai ayah kami, apa yang ayah khawatirkan selama ini benar-benar telah terjadi tanpa kemauan kami. Kami pergi bermain-main, dan kami tinggalkan Yusuf untuk menjaga pakaian dan barang-barang kami. Rupanya tanpa kami sadari karena asyiknya kami bermain, kami sudah jauh terpisah dari dia. Setelah kami kembali, kami dapati Yusuf sudah diterkam dan dimakan oleh serigala. Kami tidak mendengar pekik dan teriaknya karena kami telah jauh meninggalkan tempatnya. Kami menyadari bahwa ayah tidak akan percaya kepada cerita kami ini, meskipun kami menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi karena ayah selalu menaruh curiga terhadap kami. Tetapi malang yang tak dapat ditolak inilah yang terjadi dan kamipun tidak berdaya untuk menolongnya."